Minggu, 01 Oktober 2017

5 Kehebatan ASI yang Tidak Dimiliki Susu Formula

Sobat YukViral

Kehebatan Air Susu Ibu (ASI) sampai saat ini masih belum dipahami sepenuhnya oleh sebagian masyarakat khususnya ibu-ibu yang baru melahirnya. Banyaknya Iklan atau propaganda tentang hebatnya susu formula, membuat sebagian banyak masyarakat lebih memilih Susu Formula ketimbang memberikan ASI pada buah hatinya.


Selain itu, kesibukan orang tua terutama bagi ibu yang bekerja menjadikan ASI tidak diminati. Padahal ASI memiliki keunggulan yang tidak bisa dimiliki susu formula secanggih apapun.

Berikut serupedia akan mengulas tentang 5 Kehebatan ASI yang Tidak Dimiliki Susu Formula

1. Kandungan Zat yang Lebih Lengkap


Bila ASI dibandingkan dengan produk susu formula, kandungan gizi ASI jauh lebih unggul dan tak terkalahkan. ASI memiliki semua zat penting yang dibutuhkan oleh sang bayi dalam pertumbuhannya seperti; protein, AA, DHA, Omega 6, laktosa, taurin, laktobasilus, vitamin A, kolostrum, lemak, zat besi, laktoferin and lisozim yang semuanya dalam takaran dan komposisi yang pas untuk bayi. ASI juga mengandung protein �whey� yaitu sejenis protein yang mudah diserap oleh usus.

Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI  dibedakan dalam tiga stadium yaitu :

1. Kolostrum
2. Air susu transisi/peralihan
3. Air susu matur

ASI Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari keempat pasca persalinan. 

Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket, dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral garam, vit A, nitrogen, sel darah putih dan antibody yang tinggi daripada  ASI matur. Selain itu, kolstrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah immunoglobulin (Ig G, Ig A dan Ig M) yang digunakan sebagai zat antibody untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.

Meskipin kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendeksti kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan dating.

ASI Transisi/ Peralihan adalah  ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama dua minggu,volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meingkat.

ASI Matur disekresi pada hari ke10 dan seterusnya. ASI Matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relative konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk akan membuat bayi lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk dan hindmilk. Dibawah ini bias kita lihat perbedaan komposisi antara kolostrum, ASI transisi dan ASI matur.

2. ASI memberikan sistem imun yang lebih optimal


Anak yang diberikan ASI ekslusif biasanya akan memiliki sistem kekebalan tubuh yang optimal dibanding dengan anak yang dari awal lahir diberi susu formula.

Sistem imum merupakan sistim yang sangat penting untuk sang bayi, semakin baik sistim imun bayi maka akan membuat bayi jarang sakit. Dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan asupan ASI, bayi yang mendapatkan asupan ASI mempunyai sistem imun atau sistem kekebalan tubuh yang jauh lebih baik.

Air susu ibu sering disebut sebagai darah putih karena mengandung sel-sel yang penting dalam pemusnahan (fagosit) kuman dan merupakan perlindungan pertama pada saluran cerna bayi. Para ahli menemukan makrofag dan limfosit di dalam ASI. Sama seperti sistim imun pada umumnya, ASI juga memiliki sistim pertahanan (sistem imun) tidak spesifik dan spesifik. 

Di dalam ASI terdapat banyak sel, terutama pada minggu-minggu pertama menyusui. Kolostrum dan ASI dini mengandung 1-3 juta sel darah putih (leukosit) per ml. Pada ASI matur, yaitu ASI setelah 2-3 bulan menyusui, jumlah sel ini menurun menjadi 1000 sel per ml yang terdiri dari monosit/makrofag (59-63%), sel neutrofil (18-23%), dan sel limfosit (7-13%) ASI juga mengandung faktor pelindung (protektif) yang larut dalam ASI seperti enzim lisozim, laktoferin (sebagai pengikat zat besi), sitokin (zat yang dihasilkan oleh sel kekebalan untuk mempengaruhi fungsi sel lain), dan protein yang dapat mengikat vitamin B12, faktor bifidus, enzim-enzim, dan antioksidan. 

ASI juga mengandung protein yang dapat mengikat vitamin B12 sehingga dapat mengontrol pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran cerna. Makin banyak vitamin B12 yang diikat oleh protein mengakibatkan makin sedikit vitamin B12 yang digunakan oleh bakteri patogen.

Air susu ibu juga mengandung glikoprotein (gabungan karbohidrat dan protein), glikolipid (karbohidrat dan lemak), dan oligosakarida yang berfungsi menyerupai bakteri pada permukaan mukosa saluran cerna bayi, sehingga dapat menghambat perlekatan bakteri patogen. pada mukosa saluran cerna. Gabungan makronutrien ini juga berfungsi mengikat racun kuman (toksin). Antioksidan dalam ASI, seperti tokoferol-α dan karotin-β merupakan faktor anti peradangan. Di dalam ASI juga terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi stafilokokus (faktor antistafilokok) dan komponen yang menyerupai gangliosida yang dapat menghambat bakteri E. Coli.  

3.ASI Meminimalkan Risiko Bayi Prematur Terkena Infeksi  


Menyusui dapat melindungi bayi prematur dari infeksi berbahaya. Laktoferin yang terkandung dalam protein ASI dapat menghilangkan kuman penyebab infeksi Staph.

Bayi lahir tepat waktu mendapatkan perlindungan alamiah dari sang ibu. Hal ini membantu mereka melawan infeksi berbahaya setelah proses kelahiran. Sedangkan bayi yang lahir prematur mempunyai bakteri pelindung usus yang sedikit, sehingga perlindungan terhadap infeksi kecil. 

Peneliti di University of Missouri School of Medicine menemukan bahwa laktoferin, protein dalam ASI, dapat membantu melindungi bayi prematur dari infeksi Staph.

Michael Sherman, profesor emeritus Department of Child Health di The MU School of Medicine, sebagai ketua dalam penelitian ini, mengatakan, "Penelitian ini menunjukkan bahwa bayi prematur dapat memperoleh perlindungan dari laktoferin. Protein dalam ASI dapat menghilangkan kuman penyebab infeksi Staph, yang dikenal sebagai epidermidis staphylococcus."

Para peneliti mempelajari sistem kekebalan tubuh dari 120 bayi prematur di unit perawatan intensif neonatal, MU Women's and Children's Hospital dan The University of Southern California Children's Hospital Los Angeles pada Juli 2009 hingga Januari 2012. 

Sampel diambil dari bayi dengan berat lahir antara 1 pon, 10 ons, dan 3 pon, 4 ons. Enam puluh satu bayi menerima laktoferin melalui selang makanan dua kali sehari selama 28 hari untuk mensimulasi penerimaan ASI saat menyusui.

Lalu, para peneliti memeriksa feses bayi untuk memahami peran protein dalam perkembangan bakteri pelindung usus. Mereka menemukan bahwa pada bayi baru lahir yang mendapatkan laktoferin, jumlah kuman penyebab infeksi Staph sedikit.

4. ASI mampu Meningkatkan Perkembangan Mental Anak


ASI mengandung komposisi gizi yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan otak bayi, uji klinis telah membuktikan bahwa anak berumur 7 sampai 8 tahun yang memperoleh ASI lebih dari 6 bulan, IQ-nya (Intellegencia Quotient) lebih tinggi daripada anak-anak yang menyusu kurang dari 6 bulan. Melalui proses menyusui, pendekatan intim antara bayi dan ibu, lebih mudah menumbuhkan EQ (Emotional Quotient) bayi dalam kepercayaan diri sendiri maupun orang lain.

Masa tiga tahun pertama merupakan masa yang sangat penting bukan hanya pada pertumbuhan fisik seorang anak tetapi juga pada perkembangan kecerdasan dan keterampilan motorik, mental, sosial dan emosional. Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otaknya; hal ini dapat dipantau melalui pengukuran lingkar kepala secara berkala. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak, dan ASI adalah nutrisi yang terbaik untuk perkembangan otak manusia.

Menyusui sering dihubungkan dengan peningkatan perkembangan neuro-kognitif anak, terutama pada bayi yang lahir dengan berat lahir rendah dan bayi yang mendapat ASI lebih lama. Perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Orang tua memegang peran untuk menciptakan lingkungan yang mendukung stimulasi yang diperlukan untuk perkembangan kognitif anak, selain menyediakan nutrisi yang adekuat.

Penelitian Angelsen dkk. (2001) memperlihatkan bayi yang mendapat ASI kurang dari 3 bulan memiliki IQ yang lebih rendah dibanding bayi yang mendapat ASI 6 bulan atau lebih. Pemberian ASI yang lebih lama memberi keuntungan pada perkembangan kognitif anak.


Penelitia prospektif terhadap bayi prematur yang mendapat ASI memperlihatkan hasil tes IQ (usia 7-8 tahun) dengan poin 8.3 lebih tinggi dibanding bayi prematur yang mendapat susu formula.

5. ASI Menguatkan hubungan antara ibu dan bayi


Di sini, kasih sayang antara ibu dan anak akan terbentuk akibat hormon yang diproduksi di dalam tubuh. Bayi yang menggunakan susu formula, mungkin agak sulit bagi ibu membentuk ikatan bersama anaknya. Ia bagaikan satu bentuk alami yang sangat kita butuhkan dan tidak membutuhkan teknologi untuk mencapainya.

Setiap bayi yang baru lahir sudah dapat mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya jika sudah melakukan interaksi dengan intensitas yang banyak. Para peneliti menyebutkan bahwa ikatan batin seorang ibu dengan anaknya masih bisa terjalin kuat jika dibangun selama satu tahun pertama kehidupan si bayi. Sehingga, Anda masih punya waktu untuk itu.

Ikatan batin akan diperkuat ketika ibu memberikan ASI-nya kepada sang bayi, ikatan batin akan semakin kuat. Bahkan penelitian terdahulu menemukan bahwa hormon oksitosin yang diproduksi ibu ketika menyusui, mampu menguatkan ikatan antara ibu-anak.  

Bayi juga akan secara alami membentuk ikatan batin dengan ibunya. Ketika bayi menangis, menghasilkan suara atau gumaman, tersenyum, mencari puting saat menyusu, serta kontak mata, ini adalah cara ia membangun ikatan batin dengan sang ibu. Dan tenang, hal tersebut akan terjadi secara alami, pada semua bayi.


Related Posts

5 Kehebatan ASI yang Tidak Dimiliki Susu Formula
4/ 5
Oleh